Ketegangan Indonesia Malaysia
Jumat, 27 Agustus 2010 | 12:44 WIB
“Saya merasa tidak perlu meminta maaf jika petugas tersebut diborgol. Saat seseorang berada di Malaysia, maka dia harus mengikuti hukum kita,” ujar Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Anifah Aman, di website tersebut.
Selain itu, menurut Datuk Anifah, pihak Perdana Menteri Datuk Seri Najib Tun Razak merasa kecewa atas pelemparan kotoran manusia di kedubes Malaysia saat demonstrasi anti-malaysia beberapa saat yang lalu.
Sementara itu, di dalam negeri Indonesia, berbagai kalangan menuntut pemerintah Indonesia, terutama sekali presiden dan menteri luar negeri, untuk mengambil tindakan tegas terhadap Malaysia.
Mantan Panglima ABRI, Jend. Purn Wiranto, yang saat ini menjabat Ketua Dewan Pembina Hanura, meminta agar pemerintah harus bertindak tegas terhadap Malaysia. “Dalam menghadapi itu semua, keputusan yang diambil pemerintah harus berani, tegas, dan bijak”. katanya.
Hal serupa disampaikan oleh politisi PDI Perjuangan, Rieke Pitaloka, saat menggelar konferensi pers di gedung DPR, jumat (27/8). Menurutnya, pemerintah Malaysia tidak menunjukkan itikad baik terhadap pemerintah Indonesia, sehingga pemerintahan SBY harus berani mengambil tindakan tegas berupa pemutusan hubungan diplomatik.
Wakil ketua DPR, Priyo Budi Santoso juga memperingatkan pemerintah agar bersikap tegas menghadapi arogansi Malaysia. Bagi Priyo, ketegasan pemerintah Indonesia akan menunjukkan wibawa bangsa Indonesia.
Demonstrasi Terus Meluas
Demonstrasi mengecam tindakan Malaysia terus meluas, tidak hanya di kedubes Malaysia di Jakarta tapi juga konsulat-konsulat Malaysia di berbagai daerah, memperlihatkan kemarahan luas dari berbagai pihak di Indonesia.
Di Jakarta, kedubes Malaysia tidak pernah sepi dari aksi massa berbagai kelompok, bahkan kantor Petronas pun menjadi sasaran aksi massa.
Aksi serupa juga terjadi di Medan, Denpasar, Sukabumi, Kepulauan Riau, Makassar, Surabaya, dan lain sebagainya. Massa tidak hanya menyampaikan orasi dan kecaman, namun juga mengekspresikan kemarahan melalui pembakaran bendera Malaysia, melempar telur busuk, bahkan melempar kotoran manusia.
Aksi ini dimotori oleh kelompok-kelompok nasionalis, gerakan mahasiswa, dan juga organisasi-organisasi kemasyarakat yang fanatik.
Meski ada kekecewaan besar rakyat Indonesia terkait lemahnya posisi diplomasi pemerintah Indonesia terhadap Malaysia, namun sebagian masyarakat masih menuntut jalan damai. Di tengah kesulitan ekonomi dan krisis di dalam negeri, sebagian masyarakat masih berfikir untuk menggunakan jalan “dingin” untuk mengatasi masalah ini.
“Kita kecewa dengan SBY yang lemah. Namun, harus bagaimana mas, rakyat sendiri sedang mengalami kesulitan ekonomi,” ujar Harsono (34), seorang penjual bakso kepada Berdikari Online.
Menurutnya, kemiskinan dan berbagai persoalan di dalam negeri akan menurunkan semangat patriotisme. “Di dalam negeri, ada banyak pejabat pemerintah yang tidak beres, menindas rakyat, dan melakukan korupsi,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Andi Nursal, aktivis dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND). Katanya, garis kebijakan ekonomi-politik pemerintahan SBY-Budiono memang mengisyaratkan Indonesia menjadi bangsa kuli di antara bangsa-bangsa. “kalau mau tegas melawan penghinaan bangsa lain, maka SBY-Budiono harus diganti dulu,” tegasnya. (Berdikari Online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar